Cukup menarik apa yang saya lihat pagi ini sehingga tanpa sengaja dengan sendirinya telah hanyut kedalam rangkaian kalimat demi kalimat yang bagi saya ini merupakan catatan sederhana namun didalamnya penuh makna sekaligus untuk mengingatkan kita sebagai orang tua tentang bagaimana seharusnya menempatkan harta yang paling berharga bernama anak pada kehidupan kita.
Jika seorang ayah ditanya :
mengapa ia bekerja sedemikian keras, pasti jawabannya adalah Demi Anak.
Tapi ia lupa, bahwa anak tidak butuh begitu banyak harta, namun butuh banyak perhatian dan keterlibatan nyata ayahnya.
Agar si anak perempuan mendapat figur lelaki yang melindungi dan mencintainya, sehingga kelak ia tak mudah terjebak bujuk rayu pemuda yang membawa cinta palsu.
Agar anak lelakinya mendapat contoh nyata bagaimana bersikap. Agar tak melambai, terbawa arus LGBT atau pornografi karena penasaran mendera namun tak ada tempat bertanya..
Jika seorang ibu rumah tangga ditanya :
mengapa ia mau seharian berada di rumah, pasti jawabannya adalah Demi Anak.
Tapi ia lupa, bahwa anak butuh ditemani bermain dengan terlibat langsung. Bukan hanya disediakan sekotak besar mainan, buku-buku yang tidak dibacakan, apalagi gadget tercanggih agar duduk diam. Sang ibu sibuk memasak, mencuci, dan terus saja membereskan rumah.
Dan dari sejak bangun tidur hingga malam tiba, si anak selalu merasa sendiri, kesepian tak berujung. Makin sedih hatinya, saat ia merengek ingin mencuri sedikit perhatian, malah cubitan yang harus ia rasakan. Sakit di kulit mungkin tak bikin melilit. Tapi torehan luka hati akan ia bawa hingga nanti..
Jika seorang ibu yang berbisnis dari rumah ditanya :
mengapa ia juga sibuk mencari uang, pasti jawabannya adalah Demi Anak.
Tapi ia lupa, bahwa anaknya sering telat makan, mandi, ataupun terlalu lama nonton TV, karena ibunya sibuk membalas pesan konsumen yang tiada henti. Bisnisnya makin berkembang namun tak juga punya asisten untuk membantunya.
Sang ibu senang karena banyak pemasukan. Tapi sang anak sedih, karena hatinya merasa semakin jauh dari pelukan ibunya. Ia tak bisa paham mengapa benda kecil bernama handphone itu selalu dipegang oleh ibunya, sungguh terasa lebih penting daripada dirinya, seorang anak yang katanya sangat dicintai sang ibu. Entah kapan terakhir ia dibelai dengan lembut, dicium tanpa terburu-buru..
Jika seorang ibu yang bekerja di luar rumah ditanya :
mengapa ia begitu semangat mengejar karir mengukir prestasi tinggi, pasti jawabannya adalah Demi Anak.
Tapi ia lupa, bahwa anak harus jadi prioritas, walaupun hatinya sedang cemas karena situasi kantor yang memanas.
Untukmu orangtua yang baik,
Lihatlah kaki anak kita yang masih begitu kecil, Ia tak kan sanggup mengimbangi
Saat kita berlari mengejar dunia, Ia akan tertatih bahkan terluka. Saat ini cukuplah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan bukan untuk mengejar gaya hidup yang tak kan pernah ada ujungnya itu.
Sungguh,
Tak perlulah bekerja hingga lembur malam, tak perlulah keadaaan rumah harus selalu bersih rapi sempurna, tak perlulah sibuk mengejar posisi, jabatan, kekayaaan, karena bila terlalu sibuk dan fokus bekerja kita tak punya waktu dan tenaga lagi untuk anak-anak, padahal mereka sedang masanya bereksplorasi dan berekspresi oleh karenanya jangan sampai kita menjawabnya dengan amarah dan emosi tinggi karena tekanan depresi pada diri.
Untukmu ayah ibu yang baik,
Anak-anak sangat membutuhkan kehadiran kita
Yang nyata, terlibat dalam permainannya
Yang nyata, bertanya perasaan hati tentang kejadian yang ia alami
Yang nyata, memberikan belaian, pelukan dan ciuman yang menentramkan hatinya
Demi harta paling berharga bernama anak, hadirlah di setiap tawa, tangis dan sejuta rasa dalam hatinya. Sehingga bila kelak ia telah tumbuh besar dalam bahagia, namamu lah yang akan ia sebut sebagai pahlawan hidupnya, karena engkaulah Sang Orangtua Hebat yang mampu seimbangkan antara bekerja dan keluarga.
mengapa ia bekerja sedemikian keras, pasti jawabannya adalah Demi Anak.
Tapi ia lupa, bahwa anak tidak butuh begitu banyak harta, namun butuh banyak perhatian dan keterlibatan nyata ayahnya.
Agar si anak perempuan mendapat figur lelaki yang melindungi dan mencintainya, sehingga kelak ia tak mudah terjebak bujuk rayu pemuda yang membawa cinta palsu.
Agar anak lelakinya mendapat contoh nyata bagaimana bersikap. Agar tak melambai, terbawa arus LGBT atau pornografi karena penasaran mendera namun tak ada tempat bertanya..
Jika seorang ibu rumah tangga ditanya :
mengapa ia mau seharian berada di rumah, pasti jawabannya adalah Demi Anak.
Tapi ia lupa, bahwa anak butuh ditemani bermain dengan terlibat langsung. Bukan hanya disediakan sekotak besar mainan, buku-buku yang tidak dibacakan, apalagi gadget tercanggih agar duduk diam. Sang ibu sibuk memasak, mencuci, dan terus saja membereskan rumah.
Dan dari sejak bangun tidur hingga malam tiba, si anak selalu merasa sendiri, kesepian tak berujung. Makin sedih hatinya, saat ia merengek ingin mencuri sedikit perhatian, malah cubitan yang harus ia rasakan. Sakit di kulit mungkin tak bikin melilit. Tapi torehan luka hati akan ia bawa hingga nanti..
Jika seorang ibu yang berbisnis dari rumah ditanya :
mengapa ia juga sibuk mencari uang, pasti jawabannya adalah Demi Anak.
Tapi ia lupa, bahwa anaknya sering telat makan, mandi, ataupun terlalu lama nonton TV, karena ibunya sibuk membalas pesan konsumen yang tiada henti. Bisnisnya makin berkembang namun tak juga punya asisten untuk membantunya.
Sang ibu senang karena banyak pemasukan. Tapi sang anak sedih, karena hatinya merasa semakin jauh dari pelukan ibunya. Ia tak bisa paham mengapa benda kecil bernama handphone itu selalu dipegang oleh ibunya, sungguh terasa lebih penting daripada dirinya, seorang anak yang katanya sangat dicintai sang ibu. Entah kapan terakhir ia dibelai dengan lembut, dicium tanpa terburu-buru..
Jika seorang ibu yang bekerja di luar rumah ditanya :
mengapa ia begitu semangat mengejar karir mengukir prestasi tinggi, pasti jawabannya adalah Demi Anak.
Tapi ia lupa, bahwa anak harus jadi prioritas, walaupun hatinya sedang cemas karena situasi kantor yang memanas.
Untukmu orangtua yang baik,
Lihatlah kaki anak kita yang masih begitu kecil, Ia tak kan sanggup mengimbangi
Saat kita berlari mengejar dunia, Ia akan tertatih bahkan terluka. Saat ini cukuplah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan bukan untuk mengejar gaya hidup yang tak kan pernah ada ujungnya itu.
Sungguh,
Tak perlulah bekerja hingga lembur malam, tak perlulah keadaaan rumah harus selalu bersih rapi sempurna, tak perlulah sibuk mengejar posisi, jabatan, kekayaaan, karena bila terlalu sibuk dan fokus bekerja kita tak punya waktu dan tenaga lagi untuk anak-anak, padahal mereka sedang masanya bereksplorasi dan berekspresi oleh karenanya jangan sampai kita menjawabnya dengan amarah dan emosi tinggi karena tekanan depresi pada diri.
Untukmu ayah ibu yang baik,
Anak-anak sangat membutuhkan kehadiran kita
Yang nyata, terlibat dalam permainannya
Yang nyata, bertanya perasaan hati tentang kejadian yang ia alami
Yang nyata, memberikan belaian, pelukan dan ciuman yang menentramkan hatinya
Demi harta paling berharga bernama anak, hadirlah di setiap tawa, tangis dan sejuta rasa dalam hatinya. Sehingga bila kelak ia telah tumbuh besar dalam bahagia, namamu lah yang akan ia sebut sebagai pahlawan hidupnya, karena engkaulah Sang Orangtua Hebat yang mampu seimbangkan antara bekerja dan keluarga.
Rangkaian-rangkaian kalimat diatas hanyalah sebuah catatan, namun bagi saya ini sungguh menjadi pembelajaran yang bermakna untuk senantiasa berpikir bijak atas apa yang sebenarnya dibutuhkan dan yang baik untuk anak kita.
Mak jleb, langsung menuju ke hati
BalasHapusAmpun Baper nggih bu ...
Hapus